PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
Pembelajaran
Sosial dan Emosional yang ditujukan untuk jenjang pendidikan usia dini hingga
menengah ini dikembangkan pada tahun 1994 oleh sekelompok pendidik, peneliti,
dan pendamping anak (salah satunya adalah Psikolog Daniel Goleman, pencetus
teori Kecerdasan Emosi). Kerangka Pembelajaran Sosial dan Emosional
berbasis penelitian ini bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara
positif dengan program yang terkoordinasi secara lebih baik antara berbagai
pihak dalam komunitas sekolah.
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh
seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini
memungkinkan anak dan orang dewasa di
sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
Pembelajaran sosial
dan emosional bertujuan:
1. memberikan pemahaman, penghayatan dan
kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)
2. menetapkan dan mencapai tujuan positif
(pengelolaan diri)
3. merasakan dan menunjukkan empati kepada orang
lain (kesadaran sosial)
4. membangun dan mempertahankan hubungan yang
positif (keterampilan membangun relasi)
5. membuat keputusan yang bertanggung
jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)
Implementasi
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dapat dilakukan dengan 4 cara:
1. Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional
(KSE) secara spesifik dan eksplisit
2. Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional
(KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya
interaksi dengan murid
3. Mengubah kebijakan dan ekspektasi
sekolah terhadap murid
4. Mempengaruhi pola pikir murid tentang
persepsi diri, orang lain dan lingkungan.
Pendekatan SEL yang
efektif seringkali menggabungkan empat elemen yang diwakili oleh akronim SAFE (https://casel.org/what-is-sel/approaches/):
1. Sequential/berurutan: Aktivitas yang terhubung
dan terkoordinasi untuk mendorong pengembangan keterampilan
2. Active/aktif: bentuk Pembelajaran Aktif yang
melibatkan murid untuk menguasai keterampilan dan sikap baru
3. Focused/fokus: ada unsur pengembangan keterampilan
sosial maupun personal
4. Explicit/eksplisit: tertuju pada pengembangan
keterampilan sosial dan emosional tertentu secara eksplisit.
5.
Bapak/Ibu CGP, mari
kita perhatikan Gambar 1. (Gambar tersebut diadaptasi dari Gambar yang dibuat
K. Fort – Catanese (dalam Hawkins, 2017). Pembelajaran Sosial dan Emosional
berbasis kesadaran penuh yang dilakukan secara terhubung, terkoordinasi, aktif,
fokus, dan eksplisit diharapkan dapat mewujudkan kesejahteraan hidup (Well-being)
ekosistem sekolah.
6. Pertama-tama, mari kita bahas mengenai
well-being. Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat
diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being (kesejahteraan
hidup) adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap
7.
Menurut Mcgrath &
Noble, 2011, murid yang memiliki tingkat well-being yang
optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik
yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki
ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress dan terlibat
dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawab.
8.
Saat modul ini
ditulis, seluruh dunia, termasuk Indonesia dilanda pandemi Covid - 19 yang
betul-betul menguji kemampuan daya lenting/resiliensi setiap individu tanpa
terkecuali. Pembelajaran Sosial Emosional berbasis kesadaran penuh menjadi
semakin relevan untuk dapat mewujudkan well-being, khusunya melatih
daya lenting/resiliensi guru, murid dan komunitas sekolah.
9. Berbagai kegiatan berbasis kesadaran penuh (mindfulness)
dalam sehari-hari memungkinkan seseorang membangun kesadaran penuh untuk dapat
memberikan perhatian secara berkualitas yang didasarkan keterbukaan pikiran,
rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan hati (compassion) yang
akan membantu seseorang dalam menghadapi situasi-situasi menantang dan
sulit. Kondisi tersebut dapat dijelaskan dengan gambar 1.1:
10.
11. Gambar 2. Hubungan Mindfulness dan Kompetensi
Sosial Emosional (Hawkins, 2011)
12.
Menurut Hawkins
(2017), latihan berkesadaran penuh (mindfulness) dapat membangun keterhubungan
diri sendiri (self-awareness) dengan berbagai kompetensi emosi dan sosial dalam
kehidupan sehari-hari. Contohnya, sebelum memberikan respon dalam sebuah
situasi sosial yang menantang, kita berhenti, bernapas dengan sadar, mengamati
pikiran, perasaan diri sendiri maupun orang lain, mengelola emosi yang muncul,
hingga dapat membuat pilihan/mengambil keputusan yang lebih responsif, bukan
reaktif.
13. Pada saat menghadapi kondisi menantang,
misalnya pada saat seorang guru berhadapan dengan perilaku murid yang dinilai
tidak disiplin, mekanisme kerja otak akan mengarahkan diri untuk berhenti,
menarik napas panjang, memberikan waktu untuk memahami apa yang dirasakan diri
sendiri, apa nilai-nilai diri yang diyakini, memunculkan empati untuk
memahami situasi yang terjadi, mencari tahu apa yang dirasakan oleh murid
dengan hadir secara penuh. Guru akan memilih untuk bertanya pada murid
tersebut untuk memahami apa yang terjadi. Respon guru yang berkesadaran penuh
akan dapat membangun koneksi dan rasa percaya murid pada guru. Koneksi, rasa
aman dan rasa percaya di antara guru dan murid akan memperkuat relasi murid dan
guru sehingga dapat menciptakan lingkungan dan suasana belajar yang kondusif
bagi pembelajaran. Relasi yang terbangun antara guru dan murid akan mendorong
guru untuk membuat keputusan yang lebih responsif.Di sisi lain, lingkungan
belajar dan suasana belajar yang kondusif akan membantu tumbuhnya kesadaran
diri murid tentang perasaan, kekuatan, kelemahan, nilai-nilai yang dimiliki
dengan lebih baik. Tumbuhnya kesadaran sosial yang lebih baik yang didasarkan
pada perhatian yang bertujuan juga akan membantu murid dalam memproses
informasi secara lebih baik. Jika murid dapat mengikuti proses
pembelajaran secara lebih baik, maka secara perlahan tumbuh optimisme dan
tingkat efikasi dalam dirinya
14. Bapak/Ibu CGP, secara lengkap,
Pembelajaran Sosial dan Emosional menurut kerangka CASEL dapat dilihat pada
Gambar 3.
15.
16.
Gambar 3. Kompetensi
Sosial Emosioanal CASEL
Mengingat keterbatasan
waktu, pembelajaran 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE) secara eksplisit
dalam modul 2.2 ini akan berfokus pada 5 kompetensi seperti yang terdapat pada
Gambar 4:
1. Pengelolaan Emosi dan Fokus
2. Empati
3. Kemampuan kerja sama dan resolusi konflik
4. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
5. Pengenalan Emosi
Komentar
Posting Komentar